Dinar & Produktivitas Negeri...
Posted by Unknown
Oleh Muhaimin Iqbal
Sabtu, 22 November 2008 11:40
Kemarin US$ sempat melampaui angka Rp 13,000 di pasar. Dampaknya terhadap harga emas dan Dinar tentu sangat significant. Sampai-sampai GeraiDinar.Com menganjurkan kepada para agen dan kliennya agar tidak bertransaksi untuk menghindari transaksi yang mengandung gharar.
Pagi ini harga Dinar semakin tinggi, untuk pertama kalinya melampui Rp 1,400,000/Dinar. Insyaallah Senin kita akan membuka kembali transaksi pada tingkat harga yang berada pada keseimbangan yang baru tersebut.
Mudah-mudahan otoritas moneter negeri ini bisa mempertahankan nilai Rupiah agar tidak merosot lebih jauh, sehingga kita juga bisa bertransaksi secara comfortable dengen elemen gharar yang minimal.
Masalahnya adalah kita juga harus menyadari kemampuan otoritas moneter untuk mempertahankan nilai Rupiah sangat terbatas. Lihat grafik disamping yang datanya saya ambilkan dari situs resmi Bank Indonesia. Cadangan devisa kita berkurang sekitar US$ 10 Milyar dalam tiga bulan Agustus, September dan Oktober.
Pada bulan Oktober saja cadangan devisa kita berkurang sekitar US$ 6.5 Milyar. Kemana perginya ? dugaan saya terbesar adalah untuk mengamankan nilai Rupiah. Mudah-mudahan angka November yang akan keluar akhir bulan ini tidak menambah keterkejutan kita akan kondisi keuangan riil negeri ini.
Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa kita harus susah payah mempertahankan nilai Rupiah kita - dengan mengorbankan hasil jerih payah negeri ini - sekedar agar nilai Rupiah terhadap US$ kelihatan baik-baik saja ?.
Kita tahu nilai US$ saat ini tinggi bukan karena ekonomi negeri itu lagi di puncak kejayaan. Nilai US$ tinggi justru karena mereka juga lagi kesulitan likuiditas. Orang berburu Dollar dengan harga yang mahal, karena dalam kondisi krisis ini supply Dollar tidak bisa ‘menggelembung secara penuh’ sebagaimana biasanya.
Kalau timbangan yang namanya US$ tersebut lagi rusak, dipakai untuk menimbang Rupiah kita tentu hasilnya kacau. Inilah masalahnya, kita memaksakan diri untuk mempatut-patutkan nilai Rupiah kita terhadap US$ - padahal kita juga tahu nilai US$nya juga nggak bener.
Jadi, menurut saya yang awam nih…effort negeri ini harusnya lebih fokus mendandani sektor riil, sector produksi – khususnya produksi barang-barang yang dibutuhkan rakyat. Kalau kebutuhan kita secara maksimal bisa diproduksi oleh kita sendiri, tentu kebutuhan kita akan mata uang US$ akan berkurang dan diharapkan lama-lama habis.
Pemborosan sumberdaya negeri ini (cadangan devisa) oleh effort penyelamatan nilai (yang nggak terlalu penting) ini tentru bisa dihilangkan seandainya uang kita bukan uang semu yang nilainya relatif terhadap uang-uang negeri lain.
Bayangkan kalau uang kita Dinar; nilainya tidak perlu diselamatkan karena nilainya terbawa oleh nilai intrinsik uang itu sendiri. Karena kita tidak akan direpotkan oleh usaha-usaha mempertahankan nilai uang, maka kita akan lebih focus pada kegiatan produksi atau kegiatan sector riil lainnya.
Artinya penggunaan uang Dinar sebenarnya justru akan meningkatkan produktifitas negeri ini, bukan sebaliknya. Untuk membuktikan ini, gerakan Dinar kedepan insyaallah mulai diarahkan untuk mendorong perdagangan dan sector produksi yang riil. DinarWorld dan gerakan BumikuHijau / Muzaraah yang dirintis GeraiDinar adalah langkah-langkah awal yang paling tidak bisa kita mulai.
Semoga Allah menyelamatkan bangsa Ini.