Dinar The Real Money

Dinar The Real Money Blog : "Dinar Emas, Uang dan Investasiku"

Selamat Datang di MITRA DINAR BANDUNG

Selamat Datang di MITRA DINAR BANDUNG

Kami melayani pembelian dan penjualan koin emas dinar dan koin perak dirham untuk wilayah Cimahi khususnya .Kami pun menyediakan berbagai artikel yang berkaitan dengan perkembangan dinar dan dirham, Informasi pengguna M-Dinar, informasi penawaran dinar less 1 persen dan less 2 persen. Kami tidak melakukan jual beli dinar berupa mata uang kertas.



Dinar adalah mata uang berupa koin yang terbuat dari emas dengan kadar 22 karat (91,7 %) dan berat 4,25 gram. Dirham adalah mata uang yang terbuat dari Perak Murni dengan berat 2,975 gram. Dinar dan Dirham adalah mata uang yang dipakai pada zaman Rasulullah SAW . Pada era kekhalifahan Umar bin Khatab, ditetapkan bahwa Dinar dan Dirham memiliki standart seperti tersebut diatas. Di Indonesia, Dinar dan Dirham diproduksi oleh Logam Mulia, unit bisnis dari PT Aneka Tambang, Tbk, dan disertai Sertifikat setiap kepingnya. Keaslian dan keakuratan berat dan kadarnya telah diuji dan disertifikasi oleh KAN (Komite Akreditasi Nasional) dan oleh LBMA (London Bullion Market Association).

The Death of Money

Posted by Unknown

Judul tulisan ini saya ambilkan dari buku yang terbit sekitar tiga bulan lalu karya penulis best seller James Rickards. Judul lengkap buku tersebut adalah The Death of Money – The Coming Collapse of The International Monetary System. Menurut si penulis ini system moneter internasional telah gagal setidaknya tiga kali sepanjang abad lalu yaitu tahun 1914, 1939 dan 1971. Sedangkan kegagalan berikutnya dia katakan sebagai maelstrom to come – peristiwa yang cepat sekali datangnya !

Kegagalan system moneter tahun 1914 di-trigger  oleh Perang Dunia I yang kemudian diikuti oleh hyperinflation dan depression  antara tahun 1919 sampai 1922. Kegagalan tahun 1939 juga disebabkan oleh perang yaitu Perang Dunia II dan baru sembuh ketika dunia menyepakati Bretton Woods Systems di akhir PD II – ketika system keuangan dunia dikaitkan langsung dengan emas.

Kegagalan ketiga adalah ketika tahun 1971 presiden Amerika Serikat waktu itu Richard Nixon mengumumkan bahwa sejak saat itu Amerika tidak lagi mengkaitkan uangnya dengan emas. Dampak dari pengingkaran Bretton Woods Systems – yang sebenarnya disponsori oleh Amerika Serikat sendiri ini – telah membuat Dollar sudah nyaris collapse tahun 1978.

Mirip dengan tiga kegagalan sebelumnya, menurut James Rickards ini kegagalan keempat akan melibatkan perang, emas dan chaos. Lantas apa penyebabnya ? Selain perang fisik yang melibatkan Amerika Serikat di sejumlah negara-negara lain, kegagalan keempat juga akan di-trigger oleh currency wars, deflation, hyperinflation dan market collapse.

Kegagalan Dollar juga berarti kegagalan system moneter dunia karena sampai saat ini Dollar adalah reserve currency – mata uang yang juga digunakan sebagai cadangan devisa bagi seluruh negara di dunia – termasuk Indonesia. Kegagalan system moneter di dunia atau proses menuju ke-kegagalan itupun sudah cukup untuk apa yang disebut money and wealth detachment – perpisahan antara uang dan kemakmuran.

Kita yang di Indonesia sejak kemerdekaan RI 69 tahun silam juga sudah pernah mengalami satu kali kegagalan yaitu ketika kita harus melakukan sanering di tahun 1965/1966, kemudian juga sekali nyaris gagal ketika nilai tukar kita merosot tinggal 1/6-nya di puncak krisis 1998 – yang kemudian tidak sepenuhnya sembuh hingga kini – ketika daya beli uang kita tinggal kurang dari ¼ dibandingkan dengan era sebelum krisis moneter 1997/1998.

Perpisahan antara uang dan kemakmuran juga sudah lama terjadi di negeri ini. Hal ini dengan mudah bisa kita lihat dari bahasa yang kita gunakan ! Dahulu istilah jutawan adalah untuk menyebut orang yang makmur dengan memiliki harta satu juta atau lebih. Jutawan saat ini – orang yang memiliki uang satu juta atau lebih – masih berhak atas zakat kecuali setidaknya mencapai 40 kalinya (nishab zakat 20 Dinar sekitar Rp 40 juta).

Ketika terjadi perpisahan antara uang dan kemakmuran, kita tidak lagi bisa mengandalkan uang dan produk-produk turunannya seperti tabungan, dana pensiun, asuransi dlsb. sebagai instrument untuk menyimpan atau sekedar mempertahankan kemakmuran kita. Lantas apa yang bisa ?

Yang bisa menyimpan atau mempertahankan kemakmuran  adalah benda-benda riil seperti emas (di kita berarti juga Dinar), tanah, rumah, ternak, tanaman dlsb. Dari sini pulalah kita sekarang dengan mudah memahami hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berikut :

Dari Abu Said Al-Khudri berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Waktunya akan datang bahwa harta muslim yang terbaik adalah domba yang digembala di puncak gunung dan tempat jatuhnya hujan. Dengan membawa agamanya dia lari dari beberapa fitnah (kemungkaran atau pertikaian sesama muslim)”. (H.R. Bukhari)

Sebenarnya inilah yang sedang kita lakukan sejak setidaknya tujuh tahun terakhir, yaitu berusaha sekuat tenaga untuk bisa menghidup-hidupkan kembali peradaban Islam yang semuanya memiliki dasar yang kuat dari Al-Qur’an maupun hadits.

Kita memiliki cara-cara sendiri dalam mengelola urusan dunia kita - yang sebenarnya hanya jalan untuk sampai pada kehidupan yang hakiki setelah ini. Di semua aspek kehidupan, cara kita sendiri ini benar adanya – mulai dari mengelola moneter, kesehatan, pendidikan, pertanian dlsb. dlsb.

Maka sebelum pusaran kegagalan system moneter internasional itu menarik kita ke dalamnya – menarik kita terjerembab ke dalam lubang biawak mereka, kita harus dengan sekuat tenaga dan secepatnya bangun dari tidur lama kita – bangun untuk mulai menghidup-hidupkan peradaban kita sendiri. InsyaAllah

Leave a Reply

free counters