Dinar The Real Money

Dinar The Real Money Blog : "Dinar Emas, Uang dan Investasiku"

Selamat Datang di MITRA DINAR BANDUNG

Selamat Datang di MITRA DINAR BANDUNG

Kami melayani pembelian dan penjualan koin emas dinar dan koin perak dirham untuk wilayah Cimahi khususnya .Kami pun menyediakan berbagai artikel yang berkaitan dengan perkembangan dinar dan dirham, Informasi pengguna M-Dinar, informasi penawaran dinar less 1 persen dan less 2 persen. Kami tidak melakukan jual beli dinar berupa mata uang kertas.



Dinar adalah mata uang berupa koin yang terbuat dari emas dengan kadar 22 karat (91,7 %) dan berat 4,25 gram. Dirham adalah mata uang yang terbuat dari Perak Murni dengan berat 2,975 gram. Dinar dan Dirham adalah mata uang yang dipakai pada zaman Rasulullah SAW . Pada era kekhalifahan Umar bin Khatab, ditetapkan bahwa Dinar dan Dirham memiliki standart seperti tersebut diatas. Di Indonesia, Dinar dan Dirham diproduksi oleh Logam Mulia, unit bisnis dari PT Aneka Tambang, Tbk, dan disertai Sertifikat setiap kepingnya. Keaslian dan keakuratan berat dan kadarnya telah diuji dan disertifikasi oleh KAN (Komite Akreditasi Nasional) dan oleh LBMA (London Bullion Market Association).

Ketika Nyamuk-pun Tidak Lagi Mengigit …

Posted by Unknown

Gambaran negeri yang baik – Baldatun Thayyibah – menurut tafsir Jalalain adalah negeri dengan kebun-kebun yang didalamnya tidak ada kotoran, penyakit, serangga, ular berbisa dan sejenisnya. Dan ini sepenuhnya masuk akal bila kita pahami dengan disiplin ilmu yang benar. Maka bila ada disiplin ilmu baru yang bisa kita lahirkan pasca ‘Ramadhan Academy’ yang baru lewat, disiplin ilmu baru itu salah satunya adalah Qur’anic AgroForestry. 
Tetapi apa pentingnya AgroForestry ini ? dan mengapa musti pakai embel-embel Qur’anic ?. Pendekatan holistic AgroForestry lebih memungkinkan untuk terwujudnya visi negeri yang baik – Baldatun Thayyibah ketimbang pendekatan negeri agraris – yang rela menebang hutan-hutannya demi membangun tanah pertanian. 
Dalam membangun AgroForestry ini musti mengikuti petunjuk  dan penjelasannya yang detil dari Al-Qur’an (QS 2:185), karena kita tidak bisa melakukannya dengan coba-coba. Usia manusia terlalu pendek dan ilmu pengetahuannya terlalu sempit untuk membangun hutan-hutan tanaman pangan dengan cara trial and error. 
Lagi pula konsep negeri agraris yang berbau kapitalis seperti yang kita coba-coba selama 68 tahun terakhir, belum terbukti memakmurkan rakyat negeri ini. Maka mengapa tidak kita coba yang jelas petunjukNya ? 
Ikuti saja petunjukNya tentang bagaimana memakmurkan bumi dari kondisi matinya (QS 36 :33-35), pilih tanaman-tanaman mana yang bisa saling disandingkan dan diunggulkan dalam memberi makan (QS  13 :4) – maka insyaAllah kita tidak akan pernah keliru manakala kita menanam pohon yang secara specifik disebutkan keberkahannya seperti pohon zaitun (QS 24 :35), kurma (keberkahannya disebutkan dalam hadits), anggur, delima , tin, pisang dlsb. 
Tentu kita juga tidak terlarang untuk tetap menanam padi, jagung, kedelai dan sejenisnya – tetapi sudah seyogyanya juga kita mengurangi ketergantungan pada hasil-hasil pertanian yang tidak sepenuhnya bisa kita produksi sendiri secara cukup semacam komoditi-komoditi ini. 
Selain petunjuk-petunjukNya tersebut jelas, bukti nyata-nyapun masih bisa kita saksikan hingga kini – bahwa sejumlah pohon yang saling disandingkan dan diunggulkan dalam memberi makan di Al-Qur’an (QS 13:4) benar-benar bisa hidup lestari selama ribuan tahun mencukupi kebutuhan masyarakat yang menjaganya – meskipun tanah di sekelilingnya gersang sekalipun ! Sebagian bukti ini bahkan bisa Anda saksikan dari dokumentasi video dari Ekspedisi Magribi kami di tulisan sebelumnya. 
Bukti yang bisa kita saksikan tersebut juga sekaligus membenarkan suatu konsep ecosystem sempurna yang kemudian membentuk Baldatun Thayyibah – negeri yang baik – sebagaimana Allah menggambarkannya untuk negeri Saba di masa kejayaannya (QS 34:15). 
Dalam tafsir Al-Jalalain (Dua Jalal : Jalaludin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi) negeri dua kebun yang membentuk negeri yang baik – Baldatun Thoyyibah, digambarkannya bahwa di kebun-kebun negeri itu tidak ada penyakit , kotoran, ataupun hewan pengganggu seperti serangga, ular dan sejenisnya. 
Hal ini sangat dimungkinkan manakala ecosystem berputar dengan sempurna, kotoran hewan akan berubah menjadi pupuk bagi tanaman-tanaman yang ada. Sedangkan binatang-binatang kecil, serangga, sampai binatang carnivore seperti ular dan lain sebagainya akan berada pada rantai makanan yang terjaga keseimbangan populasinya – sehingga tidak sempat mengganggu tanaman di kebun  atau manusia yang mengelola kebun tersebut. 
Dengan kata lain, kebun-kebun yang membentuk negeri yang baik – Baldatun Thoyyibah tersebut tidak membutuhkan pupuk-pupuk buatan manusia selain yang dihasilkan oleh alam itu sendiri. Tidak pula membutuhkan pembasmi hama, selain pembasmi berupa rantai makanan yang terus berputar secara seimbang dan berkelanjutan (sustainable). 
Membangun kebun-kebun semacam ini tentu saja tidak mudah, terlebih bagi kita yang sudah terlanjur hidup di era industrialisasi pertanian sedemikian rupa sehingga ketergantungan pada pupuk serta obat-obatan kimia yang begitu tingginya. Padahal pupuk kimia yang semakin banyak dibutuhkan tersebut sebenarnya adalah karena kita sendiri yang merusak tanahnya, demikian pula ketika berbagai serangan hama bermunculan – itu karena kita pula yang mengganggu keseimbangan ecosystem-nya. 
Justru karena perubahan kembali ke jalan yang benar ini tentu tidak akan mudah, maka dibutuhkan disiplin ilmu baru yang komprehensif. Mulai dari Al-Qur’an sebagai sumber dari segala sumber ilmu. Kemudian juga berbagai ilmu alat di bidang bioteknologi, agronomi, tata guna air, lingkungan dan berbagai ilmu penunjang lainnya. 
Bayangan saya yang bisa menekuni disiplin ilmu Qur’anic AgroForestry ini adalah kombinasi antara para ahli dan prakstisi pertanian dan kehutanan dengan para ahli dan praktisi Al-Qur’an. Ahli Al-Qur’an insyaAllah sudah banyak, tetapi siapa para praktisi Al-Qur’an itu ? 
Untuk menjelaskan yang terakhir ini saya tertarik dengan ayat berikut :
 

(Al Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS 3:138) 
Bila hanya sebagai penerang atau penjelasan (bayaan), maka Al-Qur’an adalah untuk semua manusia (linnaas). Itulah sebabnya banyak orang yang sangat memahami Al-Qur’an, tetapi Al-Qur’annya tidak menjadi petunjuk dan nasihat baginya – Al-Qur’an berhenti sebatas ilmu atau sekedar penjelasan baginya. Bahasa anak muda Jakartanya – Al-Qur’an tidak ngepek pada perbuatannya. 
Al-Qur’an baru ngepek (menjadi penggerak) bila setelah menjadi ilmu atau pemahaman, Al-Qur’an berlanjut menjadi petunjuk (huda) dan nasihat (mau’idhah) – dan ini hanya berlaku bagi orang-orang yang bertakwa (lilmuttaqiin). Namanya juga petunjuk (guidance), maka dia (petunjuk) untuk berbuat sesuatu,  Al-Qur’an akan menjadi petunjuk dan nasihat - bila setelah memahaminya orang tergerak untuk ber’amal sesuatu (yang baik) atau menghentikan suatu amal/perbuatan (yang buruk). 
Karena takwa antara lain adalah target puasa kita semua yang baru selesai beberapa hari lalu, maka bila puasa kita mencapai sasarannya – insyaAllah mestinya kita bisa menjadikan Al-Qur’an tidak hanya sebatas penerang/penjelasan (bayaan) tetapi juga sebagai petunjuk (huda) dan nasihat (mau’idhah) bagi kita semua – karena memang demikianlah orang-orang bertakwa bersikap terhadap Al-Qur’an. 
Sebagai huda maupun mau’idhah, Al-Qur’an insyaAllah akan menggerakkan diri-diri kita untuk berbuat sesuatu yang baik, yang dalam dalam konteks inilah insyaAllah salah satunya kita akan membangun bersama negeri ini menjadi negeri yang baik- Baldatun Thoyyibah – dengan ilmu baru yang saya sebut Qur’anic AgroForestry ini. 
Ilmunya sendiri silahkan dikembangkan oleh para ilmuwan di perguruan tinggi masing-masing yang relevan, tetapi agar ilmu ini nanti tidak berhenti di tingkat bayaan pula – maka kita-pun harus langsung praktekkannya di lapangan dalam aktivitas keseharian kita yaitu sebagai huda dan mau’idhah. 
Dengan pemahaman dan penerapan yang paripurna seperti inilah negeri ini insyaAllah bisa kita perbaiki sampai menjadi negeri yang benar-benar baik – Baldatun Thoyyibah – sampai-sampai nyamuk-pun tidak perlu menggigiti tubuh kita, dan tidak ada pula ‘ular’ ataupun ‘binatang berbisa’ yang bisa menyakiti rakyat negeri ini lagi. InsyaAllah.

Leave a Reply

free counters