Dinar Emas Sebagai Personal Purchasing Power Protection …
Posted by Unknown
Oleh Muhaimin Iqbal
Senin, 19 October 2009 08:43
Dari dua puluh tahun pengalaman saya di industri asuransi dan bergelut dengan berbagai produk proteksi risiko; ada satu risiko yang pasti kita alami tetapi tidak ada satupun proteksi asuransi untuk men-cover-nya, risiko ini adalah menyusutnya daya beli uang kita yang kita kumpulkan dengan keringat dan kadang air mata bertahun-tahun.
Agar tidak ada yang tersinggung di negeri ini, saya ambilkan contoh uang negeri Paman Sam yang dijadikan sebagai rujukan uang lain di dunia sampai saat ini. Perhatikan grafik dari Casey Research disamping. Sejak Amerika tidak lagi menggunakan emas sebagai standard uangnya tahun 1971 sampai sekarang, uang US $ telah kehilangan 82 % daya belinya. Dengan kata lain Dollar Amerika sekarang hanya memiliki 18 % daya beli ketimbang Dollar yang sama tahun 1971.
Penyusutan daya beli US$ ini akan terus terjadi dan bahkan akan cenderung lebih cepat karena laju ‘pencetakan uang’ mereka melonjak sejak krisis finansial dua tahun terakhir. Perhatikan grafik dibawah untuk ini.
Laju menurunnya daya beli US$ ini juga dipercepat oleh realita – realita berikut :
· Hutang nasional mereka sebesar US$ 11.6 trilyun yang melebihi GDP 2009 yang hanya US$ 8.3 trilyun.
· Pengeluaran pemerintah sampai saat ini (YTD) US$ 2.4 trilyun yang dua kali dari pendapatan pajak US$ 1.2 trilyun.
· Unfunded liability (tanggungan pemerintah yang tidak di back-up dengan asset yang mencukupi) mencapai US$ 58.7 trilyun yang terdiri dari Biaya kesehatan US$ 39.6 trilyun; biaya sosial 10.6 trilyun; biaya lain-lain US$ 8.5 trilyun.
Realita-realita tersebut-lah yang akan mendorong US$ terus menurun daya belinya dan bukan menaik seperti pendapat di beberapa blog yang tidak sependapat dengan pendapat saya.
Memang dalam jangka pendek bisa saja daya beli US$ ini naik sesaat, seperti yang pernah terjadi awal Maret 2009 lalu ketika dunia berburu US$ yang langka saat itu – US $ Index sempat mencapai angka diatas 89. Namun setelah kondisi normal, kekuatan US$ yang diukur dengn US$ Index terus mengalami penurunan hingga saat ini yang angkanya hanya berada di kisaran 75. Angka US$ Index ini lima tahun lalu berada di kisaran 90-an keatas.
Nasib yang dialami US$ ini sebenarnya juga cerminan apa yang dialami oleh mata uang-mata uang negara lain yang menjadikan US$ sebagai gurunya. Bahkan sebagai murid, kondisinya kebanyakan lebih buruk dari apa yang dilakukan oleh sang guru; ingat pepatah “ Guru…Berdiri , Murid…Berlari…”.
Jadi risiko penurunan daya beli uang kita – apapun nama mata uang kertas kita – adalah risiko yang pasti terjadi. Lantas bagaimana kita menyikapi risiko yang satu ini ?, lha wong tidak ada satu asuransi-pun yang bisa menjamin atau memberi proteksi kita terhadap risiko penurunan daya beli uang kita ini ?.
Secara pribadi, kita bisa membuat sendiri proteksi terhadap hasil jerih payah kita dengan apa yang disebut 4 P singkatan dari Personal Purchasing Power Protection ; yaitu perlindungan pribadi untuk daya beli uang kita.
Salah satu 4P yang paling sederhana namun sangat efektif dan sudah terbukti reliabilitasnya ya Dinar atau emas. Di bandingkan US$ yang kehilangan 82 % daya belinya sejak 1971 misalnya; daya beli emas malah naik 3.5 kalinya sejak saat itu.
Kalau mau repot sedikit, tetapi hasilnya insyaallah bisa lebih baik dari emas sebagai 4 P ya invest di sector riil. Pelihara kambing, pelihara sapi, menanam pohon; memproduktifkan lahan-lahan yang nganggur dlsb.
Jadi yang tidak setuju dengan saya silahkan saja kalau mau tetap pakai US$ ; saya akan tetap pilih Dinar sebagai 4 P saya, selain juga pelihara sapi, pelihara kambing dst. Wa Allahu A’lam.